picture and review
credit by @sherenal
Judul: Yang (tak) Pernah Sederhana
Pengarang: Tia Setiawati
Penerbit: Mediakita
Cetakan ke: 1
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 232 hal.
Kategori/Genre: Puisi
“Kau boleh pergi.
Satu kali.
Dengan satu syarat.
: Jangan pernah kembali.”
-hal 136
Tia Setiawati sudah suka menulis puisi semenjak SMP.
Sebelum buku keduanya ini terbit di mediakita, ia sudah berani menerbitkan
empat buku, yakni dengan tiga jilid kumpulan puisi “Karena Puisi Itu Indah” dan
sebuah novel berjudul “Koma”. Awalnya, aku tertarik dengan buku antologi puisi
ini karena teracuni dari akun youtube
mediakita yang salah satu kontennya berasal dari buku ini.
Ini adalah buku antologi puisi pertama yang aku
punya. Buku ini menceritakan tentang putus-nyambung dan pertanyaan setia kepada
seseorang. Sebab, cinta memang tak sederhana. Terlalu banyak kenangan, terlalu
banyak hal yang sebenarnya perlu dipertanyakan, terlalu banyak juga yang
terkadang membuat penderitaan untuk rasa masing-masing.
Sampulnya unik, ukurannya mungil, tetapi cukup tebal
dan dapat dibaca berkali-kali karena banyak sekali topik bagaimana sabar dan berjuangnya seseorang dalam
meluruskan hubungan. Selalu ada pemenggal dari sub-bab puisi atau sajak dengan
kutipan yang memiliki desain layout
bagus dan sangat quoteable. Buku ini
dapat membuat para pembacanya menangis, apalagi jika memasukkan objek
“seseorang” ke dalam fantasi dari setiap kata-kata di buku ini. Pembatas
bukunya lumayan besar dan tidak mudah hilang karena tempelan kertas dengan
kertas lainnya di bagian tengahan rapat. Dengan ada bahan puisi ini, dapat
dijadikan sebagai musikalisasi puisi dengan kreasi sendiri dan dijadikan
hiburan untuk hati yang terluka. Bahasanya tidak terlalu banyak kiasan dan
dapat dipahami secara langsung alias tersurat, memudahkan pembaca tanpa sulit
menempatkan suatu majas-majas rumit.
Dari sekian kebagusan tersebut, menurutku itu cukup,
walau buku ini terlampau bucin sekali karena kukira ini akan punya kata kiasan
tingkat “medium” yang tidak rumit dan tidak mudah dipahami juga sebagai tingkat
intensitas kualitas puisi. Namun, balik ke awal, puisi tergantung selera
masing-masing. Dan tanpa objek “seseorang”, bagiku buku ini akan terasa hambar,
jadi pastikan jika kadar sedih, ingin, rindu, dan lainnya sedang meningkat,
sehingga ini bisa jadi pelampiasan untuk kalian.
Buku ini aku rekomendasikan untuk orang-orang yang
sedang kasmaran, khususnya untuk anak SMA atau perguruan tinggi ke atas. Hal
ini dikarenakan cinta-cintaan yang kental di dalamnya atau hubungan serius
dianjurkan atau umumnya diwajarkan di usia-usia itu. Jangan lupa siapkan tisu
atau setel lagu melow untuk dapat
membuka kilasan ingatan dengan si doi, dan setelahnya membentuk keputusan bagaimana
baiknya sebuah hubungan itu berlanjut.
Rating 3.8/5