picture and review
credit by @sherenal
Judul: Hans
Pengarang: Risa Saraswati
Penerbit: Bukune
Tahun terbit: 2017
Cetakan ke: 1
Tebal buku: 258 hlm.
“Aku telah mati. Lebih buruk dari itu, aku tak bisa menangis. Tak ada air mata yang bisa keluar lagi. Aku bingung memikirkan segalanya, memikirkan bagaimana nasib Oma Rose, nasib keluargaku yang lain….”- hal 244
Siapa yang tidak kenal dengan Risa Saraswati,
penulis buku horor dan pembuat tayangan “indigo”/melihat makhluk halus bersama
dengan krunya dalam menelaah setiap tempat (diajukan orang untuk dicek).
Karya-karyanya yang lain ternyata juga disukai oleh banyak pembaca, seperti seri
selain Hans ini, yaitu Peter, William, Hendrick, Janshen, dan masih banyak buku
lainnya di luar seri, seperti Samantha, Maddah, bahkan Danur yang sudah
difilmkan hingga rilisan seri berkali-kali.
Awalnya, kisah ini tak bercerita tentang Hans. Ini
cerita bagaimana seluk-beluk kisah orang tua Hans, yaitu Heleen yang sempat diasingkan
karena dia anak campuran, walau kulit dan rambutnya mendominasi warna orang
Belanda dari ayahnya, Augusta Willem (memerkosa ibunya yang inlander). Anke
sebagai teman mencomblangkannya dengan Adriaan Weel. Hal tersebut didukung
dengan suaminya, Ludwig Schoner. Hal ini berakibat pilu ketika Anke dekat
dengan Leonore Willem (anak angkat Augusta Willem). Heleen yang saat itu sudah
punya anak tiga (Judith, Hans, dan Grena) berusaha memperbaiki hubungannya
dengan ke rumah Anke sendirian. Ia menemukan Leonore yang hendak membunuh Anke.
Kejadian tewasnya Anke menimbulkan tuduhan dan hukuman tak main-main, hingga
Heleen pun kabur dan katanya terbakar di pabrik, Adriaan dengan kedua anak
perempuannya entah ke mana, dan Hans beserta neneknya yang melarikan diri tanpa
tujuan yang jelas. Risa Sarawasti menceritakan bagaimana Hans suka membuat roti
dan takut kuntilanak, perjalanannya yang diliputi pertanyaan mengapa ia tak
bertemu orang tua dan saudaranya, bahkan kematian yang tak terduga.
Novel ini akan jadi novel yang paling
membayang-bayangi. Hal ini karena alurnya yang menurutku pahit untuk cerita antara
Heleen dan Anke, dan bagaimana sayang dan nanggung kisah Hans yang menjadi
teman Risa ini. Novel ini mampu membuat aku yang cenderung takut dengan hantu menjadi
netral, layaknya saat membaca Samantha. Kisah Hans ini mengajarkan tentang
banyak hal, perihal kisah Belanda yang tak selamanya bahagia. Dari awal, buku
ini sama sekali tak bisa dikategorikan membosankan, aku menyelesaikannya dalam
waktu sekitar satu hari, sebab runtutan dan antimainstreamnya kisah Hans yang
sering membuat ngeri dan penasaran, sebab kisah Hans ini baru dapat ditemukan
namanya di tengah halaman. Lebih ke poinnya, aku dibuat menangis
sedalam-dalamnya, tidak di semua bagian, tetapi ada saja adegan yang demi apa
membuat ngilu, sengilu-ngilunya di dada, kunobatkan jadi novel paling sedih.
Minusnya sedikit banget, hanya ending yang
menghunjamku dengan pertanyaan “kenapa?”. Bagiku kematian dengan cara
“—mengandung spoiler—” untuk si kecil Hans terlalu sayang, tetapi untuk
ekspresif si Rosemary setelahnya juga mampu membuatku tersentuh.
Buku ini cocok untuk semua kalangan umur, memberikan
kesan misteri dan horor yang tidak melampaui batas dan menurutku aman-aman
saja. Novel ini akan membuat pembacanya dikejar dengan rasa penasaran dan
menyelesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya karena cerita kehidupan keluarga
Hans yang berlangsung ngeri dan sangat seru untuk dibaca.
Rating: 4.8/5
0 komentar:
Posting Komentar