Pages

Jumat, 31 Desember 2021

Resensi Novel Double G karya Shelma Atira

 RESENSI DOUBLE G

photo and review credited to @sherenal_ 





Judul: Double G

Penulis: Shelma Atira

Penerbit: Penerbit Ebiz

Cetakan ke: 1

Tahun terbit: 2021

Tebal buku: 180 hal.

Genre: Fiksi remaja

 

“As humans, desire to help comes to us even if we don’t want to.”-part 8

“When you realize you deserve better, you can let go.”-part 20


“Lo tahu kenapa akhirnya cinta nyakitin lo? Karena lo ngizinin itu sampai sekarang. Lo mungkin bisa menolak cinta baru, tapi masalahnya ada di cinta lama. Lo perlu nutup hati dari dia, bukan orang lain.”-hal.111

“Bahagia sama sedih itu kita yang mutusin. Gue memutuskan untuk mengesampingkan luka dan rasa marah gue, gue menerima semua bentuk kekurangan gue. Penerimaan itu hadiah terbesar untuk diri gue sendiri setelah diri gue mau gue ajak berjuang.”-hal.145

 

Shelma Atira merupakan pengarang yang tertarik menulis sejak usia 13 tahun, yang berkutat dengan puisi, cerpen, dan novel. Novel Double G sendiri adalah novel solo yang terbit perdana. Double G sendiri adalah buah kemenangan pada Ebiz Batch 4.

 

Dengan sampul berwarna merah muda, ternyata novel ini mempunyai layout yang sangat cantik dengan jumlah halaman ratusan. Dengan jumlah 30 part, penulis menyertakan kutipan berbahasa inggris sebelum menulis cerita. Penulisannya beralur maju, menggunakan sudut pandang orang ketiga dan bahasa pergaulan remaja. Buku ini juga diselipkan pembatas buku.

 

Novel ini menceritakan Gea yang harus pindah-pindah sekolah karena masalah sosial dengan teman maupun orang lain demi kebenaran yang mengharuskan Gea untuk beradaptasi lagi. Semenjak ia mengendarai motor ke sekolah, ia tidak sengaja mencipratkan air ke laki-laki paling berbahaya di sekolah bernama Garvin yang akhirnya mengantarkannya pada hal-hal berbahaya. Ditemani sahabatnya Abel, Yenna, Disha, Bima, dan Cakra, Gea dihadapkan juga dengan permasalahan Yenna dan Cakra, ia sendiri juga tidak pernah usai berurusan dalam bahaya dengan seorang Garvin (anak kepala direktur sekolah), dan harus menyembunyikan segala aib maupun kekacauannya dari orang lain, termasuk mamanya.


Sebagai novel remaja, buku ini cukup ringan, tetapi juga sedikit berat mengingat kasusnya mengangkat tentang pencurian, kepolisian, dan narkoba. Penulis membuat setiap tokohnya mempunyai karakter yang kuat dengan alur yang sangat mengalir tanpa kecurigaan apa pun, bahkan salah tebak. Cukup banyak plot twist yang membuat pembaca bisa heboh, begitupula bagaimana kuatnya konflik antara Gea dan Garvin yang mengantarkan mereka berdua pada hari yang menegangkan dan mengkhawatirkan. Sampul buku maupun tata cetak bukunya juga dikatakan sangat menarik. Isi buku yang menyajikan cara kepenulisan maupun cerita yang berbeda dari yang lain memang sulit, tetapi penulis mampu menciptakannya dan mencammpurkannya menjadi novel yang sangat mengesankan. Karakter hebat dan terkesan keren atau jenius membuat novel ini sangat hidup, seperti Gea yang penuh masalah dan tak terkesan belajar keras tetap bisa mendapatkan kemenangan. Warsa dan Garvin juga termasuk tokoh favoritku.

 

Aku sedikit tidak nyaman pada penggunaan “tetapi” dan koma yang menjadikan kalimat seperti terpotong maupun terjeda. Adapula pembahasan pelajaran sekolah yang kurang dijabarkan dan terfokus pada masalah non akademik. Meskipun begitu, kekurangan kecil tersebut sama sekali tidak berarti mengingat selesai baca dalam 2 hari karena serunya novel ini dari awal sampai akhir dan memberikan amanat baru dengan kata-kata penulis yang mampu membuat pembaca terharu. Novel ini memadukan kisah-kisah masa lalu yang pahit dan mengantarkannya pada realita seharusnya.

 

Novel ini tentunya cocok sekali untuk orang yang butuh bacaan ringan, punya masalah sosial atau salah arah, bahkan pencinta wattpad dengan damage tokoh dan alur yang lebih berkualitas mengingat kompleksnya masalahnya. Karya tulis ini akan membuat kalian penasaran pada setiap halaman berikutnya dengan ending yang tak terduga.

 

 

 

Minggu, 26 Desember 2021

Resensi Buku How to Win Friends and Influence People karya Dale Carneige

 RESENSI HOW TO WIN FRIENDS AND INFLUENCE PEOPLE

 photo and review credited to @sherenal_





Judul: How to Win Friends and Influence People

Penulis: Dale Carneige

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan ke: 7

Tahun terbit: 2021

Tebal buku: 303 hal.

Genre: Non fiksi—Self Improvement

 

“Setiap orang dungu bisa mengkritik, mengutuk, mengeluh, dan sebagian orang dungu memang melakukannya.”- hal. 14

“Dalam relasi antar-pribadi, kita tidak pernah boleh lupa bahwa semua orang adalah manusia yang dahaga akan penghargaan. Itu adalah mata uang yang dinikmati oleh semua jiwa.”-hal.31

“Banyak orang gagal membuat kesan yang baik karena mereka tidak mendengarkan dengan cermat. Mereka begitu khawatir dengan apa yang mereka katakan selanjutnya sehingga mereka tidak membuka telinga. Orang-orang yang sangat penting telah memberitahu aku bahwa mereka lebih memilih pendengar yang baik daripada pembicara yang baik, tapi kemampuan mendengarkan lebih langka dibandingkan hampir semua sifat baik lainnya."-hal 97.

 

“Lincoln berkata, orang yang berniat menjadi pribadi yang terbaik tidak mau meluangkan waktu untuk argumentasi pribadi apalagi menanggung konsekuensinya, termasuk lepasnya murka dan kendali diri. Mengalahlah untuk hal-hal besar yang mungkin bukan hak yang kaudapatkan; mengalahlah untuk hal-hal kecil yang jelas merupakan milikmu. Lebih baik memberi jalan kepada seekor anjing daripada digigit olehnya dalam memperebutkan jalan. Bahkan jika kamu membunuh anjing itu, itu tidak akan bisa mengobati bekas luka gigitan.”-hal.128

“Hanya sedikit orang yang logis. Sebagian besar dari kita berprasangka dan bias. Sebagian besar dari kita dibutakan oleh gagasan-gagasan terdahulu, kecemburuan, kecurigaan, ketakutan, iri, dan keangkuhan.”-hal.137

“Semua orang punya perasaan takut; hanya orang yang berani meletakkan rasa takutnya dan terus maju, terkadang menuju kematian, tapi selalu menuju kemenangan.”-hal.214

“Mengajukan pertanyaan bukan saja akan membuat perintah lebih bisa diterima; seringkali malah melatih kreativitas orang yang Anda tanyai. Orang lebih bisa menerima perintah jika merasa menjadi bagian dari keputusan yang membuat perintah itu dikeluarkan.”-hal. 240

 

Dale Carneige adalah seorang penulis dan penyedia kursus pengembangan peningkatan berbicara di depan umum dan hubungan interpersonal. Kursus Dale Carneige sudah ada sejak tahun 1976 dan sekarang sudah tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dale Carneige merangkum banyak trik mahal yang terangkum dalam bukunya, salah satunya How to Win Friends and Influence People.

 

Buku How to Win Friends and Influence People ini mengandung empat bab penting, mulai dari Teknik Dasar Menghadapi Orang, Enam Kiat Orang Lain Menyukai Anda, Kiat Agar Orang Menyetujui Cara Pikir Anda, dan Menjadi Seorang Pemimpin. Dilapisi dengan sampul gold, buku ini menuliskan inti pada setiap bab atau topik yang dibahas. Buku ini juga menyisipkan banyak cerita dan surat-surat, serta menyimpulkan lagi dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris pada halaman-halaman terakhir.

 

Buku self-improvement ini menceritakan banyak kasus tentang cara mempengaruhi orang lain maupun mendapatkan teman, dengan sejarah tokoh-tokoh besar dan didikan dari Dale Carneige sendiri. Sebut saja Roosevelt, kemudian Woodrow Wilson, Lincoln, Emerson, Eastman, dan lain-lain. Intisarinya selalu merujuk pada hal yang sama: bersikap baik. Buku ini memberikan rahasia besar menghadapi orang, menjadi tokoh maupun teman yang baik nan disukai, cara menghadapi perdebatan, mendapat atau menghindari musuh, dramatisasi, dan menjadikan orang untuk mau menuruti kita dengan cara yang sangat sopan, dermawan, dan menarik.


Buku ini mempunyai nilai yang sangat mahal, mengetahui Dale Carneige menyebutkan ratusan lebih tokoh beserta kisahnya dalam bentuk paragraf yang langsung menceritakan hubungan sosial mereka tanpa perlu pembuka dengan kelahiran maupun orientasi lainnya. Rangkuman atau intisari yang diletakkan pada setiap bab memungkinkan pembaca menarik kesimpulan sesuai dengan harapan penulis. Penulis seolah berteman dengan banyak orang hebat dari berbagai belahan dunia, yang tahu cara atau mengambil celah dalam segala problematika nan bisa terus dipraktekkan hingga sekarang. Bahkan, buku ini tetap diperlukan mengetahui di era modern, semakin banyak orang yang bersikap individual  padahal trik kesuksesan bukan pada keangkuhan atau ketidakpedulian, tetapi sebaliknya. Aku mengetahui beberapa tokoh dari masa lampau, seperti perang dunia yang membuatku cukup kagum dan mendapat pengetahuan bagaimana jalannya diplomasi yang sesungguhnya. Kemudian paling penting, aku mengetahui bagaimana pola pikir orang sukses—ketenangan atau kepala dingin untuk membuat permasalahan selesai dengan cara sempurna.

 

Meskipun begitu, aku sedikit merasa bosan dan membacanya lambat mengetahui inti topik ini mempunyai kemiripan dengan bab lainnya, serta sebagai orang yang pernah dikucilkan dan bangkit, beberapa filosofi sudah pernah diterapkan sehingga kurang terkesan “wah”, tetapi buku ini tetap bernilai dengan caranya menjelaskan berbagai jenis permasalahan yang orang luar negeri rasakan maupun selesaikan. Aku juga menyadari bahwa banyak hal viral yang menginspirasi dan membuatku menangis, seperti Fathers Forget, bahwa yang anak beserta orang hanya butuh perhatian-kasih sayang-pengertian, bukan tekanan maupun perintah.

 

Buku ini cocok sekali untuk orang dari berbagai kalangan, entah itu ekonomi, sosial, bahkan komunikasi itu sendiri. Buku ini mengajarkan kesuksesan tanpa perlu mendapat gelar dari universitas ternama, mengetahui segalanya berada pada diri sendiri dan cara kita memperlakukan orang lain. Memiliki rencana yang cukup strategis dan baik (tulus), mendatangkan banyak hal baik pula. Ternyata tindakan maupun perasaan sesepele itu, tetapi hasil atau dampaknya luar biasa.