"Saat ini, aku ingin menjadi sumber kekuatannya. Aku ingin menjadi matahari dalam langitnya, alasannya untuk tertawa, dan untuk tetap hidup." - hal. 230
RESENSI
NOVEL
Judul: Happily
Ever After
Nama
penulis: Winna Efendi
Penerbit:
Gagas Media
Tahun
terbit: 2015
Cetakan
ke: 3
Kategori:
Novel
Jumlah
halaman: 358
Winna Efendi adalah seorang perempuan yang bercita-cita
untuk menulis seumur hidupnya. Penyuka lagu, dan juga resep-resep makanan. Karyanya
pun sudah banyak diterbitkan, bahkan ada yang difilmkan berjudul Refrain dan
Remember When. Dari namanya, tentu Winna Efendi membuat kita penasaran sebagus
apa karyanya, dalam bentuk media cetak ini, termasuk Happily Ever After.
Dalam penyampaiannya, penulis mengerti berbagai keadaan di
mana beralur cepat dan beralur lambat. Sehingga, penggunaannya sangat seimbang
dan membuat pembaca merasa menikmati sekali. Bahasanya sangat mudah dipahami,
lantas, memberikan kesan antarkeluarga dan antarteman dalam ceritanya. Tentu,
kita dapat merasakan bahasa formal dan gaul dengan porsi yang sangat pas.
Rasanya, jika sudah membaca, kita pasti secara otomatis akan
meraa terharu, bahkan menangis, dan siap-siap tisu demi membuka bagian
seanjutnya. Pembaca seperti dicampuradukkan perasaannya, mengenai pemaparan.
Sungguh, kita akan merasa orang paling beruntung, dan selalu mensyukurinya,
lantas tetap setia pada beberapa keadaan (keseimbangan).
Menceritakan seorang Lulu yang tinggal di rumah kayu bersama
ayah dan ibunya. Namun, saat ulang tahunnya, ayahnya justru dikabarkan kena
penyakit kanker yang sangat parah. Di kondisi yang sama, Lulu ditimpa oleh
hubugan asmara yang pecah, hanya karena sosok sahabatnya. Dari sini, Lulu
melaluinya dengan tegar, dan menemukan sosok Eli. Hubungan asmara pun berubah,
bahwasanya, Lulu merasa lebih berdebar dengan Eli setelah Ezra, namun Eli, pun
sama-sama dikabarkan penyakit kanker yang membuatnya kembali menempuh rasa yang
amat panjang.
Keunggulan: Penulisan alurnya yang sangat pas, yakni pada
adegan sedih dipercepat, memperbesar plot twist, dan juga adegan biasa, yang
kesannya dinormalkan membuat pembaca mengerti beberapa tahapan alurnya.
Dilengkapi beberapa kutipan kata-kata pula dari orang luar negeri, dalam bentuk
bahasa inggris, sehingga pembaca pun akan belajar dua bahasa secara langsung.
Banyak sekali penuturan tentang obat-obatan karena di sini, mempermasahkan
penyakit, sehingga kita akan semakin pintar dan mengerti setidaknya sedikit,
mengenai kanker itu sendiri. Dilengkapi dengan pembatas buku, dan juga
sambungan cerita dongeng yang diselipkan pada beberapa bagian, sehingga kita
akan ikut memikir dua kali, lantas mengseolahkan dunia fantasy, yang
dimaksudkan, untuk memperjelas rasa dalam novel.
Kekurangan: Pada bagian awal cerita, kesannya sangat datar
dan membosankan, karena kurang membuat pembaca merasa ditarik untuk membuka
bagian selanjutnya dengan halaman lebih dari tiga ratusan ini. Untuk sampul buku, cepat kotor jika kurang ekstra merawat, lantas penulisan judul terlalu kecil, berlawanan dengan nama penulis.
Cerita ini sangat cocok dibaca untuk kalangan anak remaja
karena para remaja, akan merasakan bagaimana hidup berkeluarga di luar sana,
lantas merasakan cinta dari seorang ayah, dan susah senangnya menempuh
pendidikan di sekolah. Kita akan merasakan hal yang paling baper terutama saat mencapai tengah cerita, hingga akhirnya. Novel
ini pun, tidak kenal bahasa, karena bahasa gaul maupun bahasa formal, sudah
tersdia, sehingga tidak perlu cemas untuk merasakan perbedaannya.