Pages

Sabtu, 28 April 2018

Resensi Novel Sudut Mati



 Kamu bisa seperti itu. Nggak terbenam dalam duka terus-menerus karena dunia ini nggak pernah melihat kamu sedang apa. Dia terus berputar dan tak ada jalan kembali. Jadilah orang yang bisa mengambil keputusan dalam kondisi berat sekalipun. - hal. 304


Resensi Novel

Judul: Sudut Mati
Nama penulis: Tsugaeda
Penerbit: Bentang
Tahun terbit: 2015
Cetakan ke: 1
Kategori: Novel
Jumlah halaman:344

Tsugaeda merupakan penulis novel thriller yang mana sudah menerbitkan beberapa buku, contohnya Rencana Besar dan Sudut Mati. Nama panggilannya Ade. Mintanya di bidang novel ini, pun diimbangi dengan bekerja sebagai manajer investasi.

Dalam penuturan Tsugaeda, inti khasnya tidak begitu jauh dari penulis pada umumnya. Sehingga, yang awalnya saya pikir, bahwa penulis laki-laki itu nggak penuh selera. Namun, ini menyadarkan saya. Penulis ini menunjukkan intisarinya dengan sangat tepat, tidak berbelit-belit, dan runtut. Penggunaan kata-kata menurut saya pun sangat nyambung dan efektif. Bahasanya mungkin terkesan berat, sungkan, dan bagi anak remaja, pastinya kurang paham sebab menceritakan hal berbau politik lebih dalam.

Jika sudah membacanya, tentu kita akan merasa sangat takut, tengiang-ngiang, bagaimana setiap aksi selalu membekas di memori. Kejadian-kejadian yang membuat sangat terinpirasi, dan penuh waspada. Dalam arti, inspirasi itu, membuat kita tahu, bahwa berkorban merupakan satu-satunya cara untuk membantu satu sama lain. Haru, rasanya menuduh, dan sakit tersendiri, bisa dirasakan laat-lamat.

Menceritakan tentang kehidupan berpolitik antara Sigit Prayogo dan Ares Inco. Anak dari Ares Inco, Kevin, dengan tampangnya, menraik pikat putrid Sigit Prayogo untuk mengelabuhinya. Semua tak berlangsung dengan baik. Di sisi lain, Titan, anak ketiga Sigit pulang dari Amerika. Titok yang tahu bahwa Titan mulai mengambil alih perusahaan ayahnya (yang seharusnya diwariskan pada Titok), pun marah. Ia (Titok) yang baru dari penjara setelah dikabarkan melakukan penyiksaan kepada istrinya, kemudian tak segan-segan pergi memergoki Titan. Dan saat itulah, Titok menyadari ada yang menghalangi.
Dalm kondisi itu, Titan disekap di rumah Kevin, menyuruhnya memberi seluruh harta Sigit Prayogo. Titan sudah berkomplot dengan adiknya; Teno yang dipenjara karena dirasa kurang waras. Ia adalah harapan terbesarnya, yang akhirnya membuat semua berantakan. Pertengkaran terjadi. Tiara disekap disana pula, di ruang berbeda karena kepergok Kevin akan pergi dari rumah. Perang besar tersebut, sudah dimulai pada waktunya.

Keunggulan: Tidak ada yang namanya salah ketik. Pengunaan bahasa asing cukup memberi kita beberapa ilmu mengenai hokum. Kita menjadi tahu bahwa dunia politik memang tidak semudah seperti angan-angan, melainkan perlu banyak taktik. Penggunaan layout sangat bagus. Terlihat cukup seram. Kata demi kata sangat menarik, apalagi jika sudah menyangkut konflik. Dijamin tidak akan bosan. Terdapat pembats buku, tokohnya sangat kuat, latarnya jelas, sertapunya banyak unsur intrinsik baik sesuai kaidah kepenulisan.

Kekurangan: Beberapa kata yang dituliskan dalam manifesto Teno, ada yang kurang dipahami. Pegunaan kalimat di awal ceritan sangat membuat bosan, sebab hanya menurutkan bagian perkenalan yang membingunkan. Penggunaan sampul buku kurang, karena menurut saya terlalu simple maupun warna tulisan kurang menarik.

Cerita ini disarankan untuk orang yang berusia lebih dari lima belas tahun karena beberapa terjadi kekerasan fisik, yang mana tidak baik jika dibaca oleh anak-anak. Bagi kalian yang sudah membacanya, tentu akan mendapatkan kesan sendiri. Menantang, dan terus-tersuan membolak-balik halaman hingga selesai. Mungkin ini novel thriller dalam bentuk cetak pertama yang saya miliki, namun ini sangat membekas dan keren untuk saya.