Pages

Senin, 20 April 2020

Resensi Novel Satria November



"Nov, menurut gue, ibarat buku, hidup kita ini bukan cuma punya kita sendiri, lho. Biarpun kita yang nulis. kita yang nentuin mau nulis apa. Dan isinya bukan cuma memengaruhi hidup kita doang, tapi juga orangtua dan orang-orang terdekat kita."-hal.198

Judul: Satria November
Pengarang: Mia Arsjad
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2014
Cetakan ke: 5
Tebal buku: 248 hal.



Novel ini adalah hadiah dari lomba poster @classicalclover yang belum sempat kubaca. Novel ini ditulis oleh Mia Arsjad yang risetnya lumayan kental walau tidak terlalu detail hingga bahasa ilmiahnya tentang narkoba.

Seorang anak remaja bernama Satria November atau dipanggil Inov ini dipindahkan ke rumah tantenya, agar jauh-jauh dari Jakarta (tempat kelam ia bernarkoba dulu). Lambat laun, Inov menyimpan rahasianya, dan Mima (anak tantenya) yang kebetulan satu sekolah dengannya juga tahu. Sedangkan Mika saudara kembar Mima yang di sini mulai panik ketika Inov kembali dengan keadaaan babak belur. Inov dikejar pengedar narkoba untuk dijual lagi, Inov tak mau, tetapi diancam memberitahu mamanya jika ia pernah membobol kas sekolah untuk beli narkoba (Inov sayang banget sama mamanya). Di sisi lain, pacar Inov (Safira) mulai datang menemui dan berkata bahwa akan ada pesta narkoba di rumahnya, dan di situ ia akan diapa-apakan Reno, sang tuan gelap ini semua. Inov yang masih sakit-sakitan, Mima yang harus mengurus Inov dibanding Gian, dan segala ancaman yang tak pernah berhenti.

Yang disayangkan, sampul bukunya bagiku kurang menarik. Terlalu horor untuk jenis teenlit yang sebenarnya lumayan slice of life dan ada bucin-nya juga. Di awal terdapat kejadian terlalu datar atau mungkin dipaksakan. Ada beberapa kata yang kurang pas buat kaidah kebahasaan (sebenarnya disarankan), seperti kata “bug” serupa pukulan orang.

Kelebihan buku ini tentu saja banyak. Walau ada beberapa yang kurang pas tadi, menuju konflik ini lebih dari kata seru. Novel yang awalnya dibaca malas-malasan ini akan cepat selesai dibaca jika sudah terkait konflik baru yang terus bertambah, dan ya ini tidak bikin pusing. Ada paniknya, adapula sedih yang bahkan di tenggorokan rasanya tercekat sendiri karena plot twist bukan main-main. Kisah Satria November merupakan buku misteri yang dapat dibaca santai untuk semua kalangan umur, memberikan banyak pengetahuan tentang pemeriksaan rehabilitasi, dan ending dijamin tidak mengecewakan. 

rating 3.9/5

Jumat, 03 April 2020

Resensi Novel Falling Into Place




Judul: Falling Into Place
Pengarang: Amy Zhang
Hak terjemahan: POP
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2016
Cetakan: pertama
Tebal buku: 327 halaman

Falling Into Place adalah karya pertama Amy Zhang. Amy Zhang sendiri merupakan penulis dari Tiongkok yang punya hobi bermain piano. Karya yang berjudul Falling Into Place ini sudah tersebar di bermacam-macam negara dengan bahasa terjemahan yang dijual di toko buku terdekat.

“Namun, pikiran mengerikan mengambil alih bernaknya dan tak kunjung pergi. Di antara tujuh miliar orang yang seplanet dengannya, tak satupun mengetahui isi kepalanya. Tak satu pun tahu bahwa dia hilang arah. Tak satupun bertanya.”

Ini adalah kisah seorang Liz Emerson yang bunuh diri dengan sengaja dengan melewati pembatas tol dan mempertimbangkan segala hukum Newton yang dia sendiri tak pahami. Ketika dia kritis dan masuk rumah sakit, orang-orang, termasuk pacarnya yang suka berselingkuh (Jake Derrick) juga hadir. Monica, sang ibunda yang sama suka berpura-pura seperti Liz hadir, begitupula kedua temannya Julia dan Kennie, bahkan gurunya (Mr. Eliezer). Mereka bercerita tentang segala masa lalu yang lucu tapi anehnya sedih, karena mereka tahu, Liz tak mau lagi bertahan, sebab hanya satu caranya sembuh, yaitu keinginan Liz sendiri. Di sisi lain, ada tokoh Liam yang ternyata diam-diam menyukai Liz. Walaupun Liz sang cewek populer yang dingin dan kejam, dia paham Liz juga menginginkan hal-hal indah.


“….Dia tinggal di dunia yang seluruhnya adalah langit.
Tak dapat dipercaya, bahwa suatu hari kelak, dunianya akan menjadi demikian kelam dan demikian berjarak, sampai-sampai ketika dia menengadah, dia tidak bisa menemukan cahaya bintang.”

Buku ini adalah buku paling bagus yang pernah aku baca. Sebab, akhir-akhir ini saya mencari buku yang punya setting bunuh diri atau perasaan ingin demikian. Buku ini sangat mewakili hal-hal yang seringkali tidak orang sadari, bahwa semua orang di dunia ini manusia. Tidak ada salah pengetikan, walau bahasanya cenderung rumit karena menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, aku berani memberikan penilaian setinggi-tingginya karena buku ini menceritakan semuanya dengan amat pas, sedih yang mendalam dan pesan untuk tetap hidup seorang Liz, bahwa banyak orang yang menyayanginya. Tampilan buku juga sama selayaknya mobil Liz yang berwarna merah (Merchedes). Ada beberapa kutipan antara tokoh aku dan Liz yang punya kias indah, seperti pada kutipan sebelumnya. KIlas balik tentang kota Meridian terpampang begitu ngena dan sesuai untuk karakter anak remaja. Mabuk-mabukan, menghina, menhajar orang, dan Liz sendiri sebagai tokoh keras juga tahu bahwa itu salah, maka dia bunuh diri.



Tidak ada kekurangan menurutku di buku ini. Saking bagusnya, sangat disayangkan epilognya cukup sedikit karena aku bahkan berusaha membaca ini perlahan-lahan agar tidak cepat selesai. Aku ingin bisa menikmati kisah Liz di saat diri sendiri memang sama, tak tertolong atau bahkan larut serta merasa kasihan terhadap hidup orang lain.

Jika kalian punya keinginan bunuh diri, sangat tidak disarankan untuk membaca ini. Bacalah buku ini untuk kalian yang mengaku berhati baja dan berada di suasana hati yang baik. Buku ini akan merayapi kesedihan cerita Liz yang bahkan membuat seluruh bagian saraf otak akan terisi dengan kata-kata menyedihkan karena belum selesai membaca hingga tuntas. Dibanding mengambil banyak sarat makna tindakan, buku ini lebih tepat sebagai intropeksi diri, bahwa kita tak pernah sendiri. Selalu ada langit yang indah dan orang-orang yang bahkan diam-diam tak pernah ingin kita pergi.

Re-reading? Yes.
Rating: 5/5



cr: @sherenal