Pages

Sabtu, 09 Juli 2022

Resensi Buku Dear Tomorrow karya Maudy Ayunda

review and photo credited to @sherenal_ 


Judul: Dear Tomorrow

Penulis: Maudy Ayunda

Penerbit: Bentang Pustaka

Cetakan ke: 6

Tahun terbit: 2019

Tebal buku: 174 hal.

Genre: Self Improvement

 




“Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it.”-hal 45

“Everyone has 24 hours in their lives. It is what you do with those hours that make the difference.”-hal. 47

“Not achieving something might feel like a failure, but the ache of regret in having not tried will never fade.”-hal.51

“Don’t forget to see any chane as an opportunity. If it is easy, then it’s not a change at all.”-hal 53

“Self doubt was the only thing standing between me and my dreams.”-hal. 59


Maudy Ayunda adalah aktris, model, penulis, dan penyanyi asal Indonesia lulusan Standford dan Oxford. Dear Tomorrow adalah buku kedua Maudy Ayunda setelah Kina (seri cerita yang ditulisnya saat usia 10 tahun). Dari dulu, aku sangat tertarik dengan Maudy Ayunda. Cara menjadi lebih dekat dengan idola adalah memiliki karyanya, membacanya. Maudy Ayunda adalah orang yang cerdas dan sangat menginspirasi. Kemudian bertepatan dengan pemberian hadiah lomba video, aku membelanjakan buku ini.

Buku ini memiliki sampul hard cover, dengan ilustrasi atau layout berwarna (fotografi dari Maudy Ayunda—hal-hal yang dia sukai). Ada pula pembatas buku berupa tali. Ini memiliki 4 bab, yaitu Notes on being yourself, dreams, love, dan mindset. Ada selipan pertanyaan sebelum lembar utama dimulai. Kita akan menemukan perkenalan Maudy Ayunda yang hangat di awal buku ini. Ia adalah seorang storyteller yang sangat menyukai sekolah atau dunia pendidikan. Maudy Ayunda ingin memberi perubahan di hidup orang lain. Ia menyukai the. Dengan banyaknya tekanan cuaca, pendidikan, dan kesepian, Maudy Ayunda tidak mengeluh. Tujuan buku ini adalah membuat pembacanya tersenyum.

Buku ini menceritakan berbagai pengalaman sekaligus perasaan Maudy Ayunda. Tak luput, ia juga memberikan saran yang membangun dari pengalamannya. Tentang menjadi diri sendiri dimulai dari menemukan jati diri yang sudah ada, mengatasi ekspektasi dengan waktu sejenak—menjadi diri sendiri, tidak menanggapi pendapat orang lain. Adapula untuk menjadi egois untuk mementingkan diri sendiri karena ketika kita tidak bahagia, demikian pula orang lain. Lakukan sesuatu yang membuat bahagia, jangan pedulikan orang lain. Tentang mimpi, cobalah melakukan satu hal penting setiap harinya, jangan membandingkan tetapi berjuang bersama, teruslah berubah dengan mengambil peluang baru, tidak meragukan diri sendiri (selalu ada pintu lainnya). Teruslah belajar, jangan segan minta pertolongan, iyakan peluang yang membuatmu takut, tuliskan semuanya. Tentang cinta, maafkan dan lepaskan, bahwa itu tidak pernah sia-sia dan dunia akan memberikan lebih banyak, menjauhlah dari orang toxic, cintai diri sendiri, bahwa tidak semua orang menyukaimu, dan itu tidak melulu salahmu—memang seharusnya begitu. Tentang mindset, tetaplah open minded terhadap kesalahan, masa lalu bukan dilupakan tetapi menjadi pelajaran, pikirkan hal positif karena kita akan selalu mempercayainya. Itu semua terserah kita untuk menolak bahwa mereka tidak selalu benar, maafkan meski tak menerima maaf. Batasi sosial media dengan tujuan penting saja. We are more than we can imagine. We are worth it.





“Love is never wasted, for it’s value does not rest on reciprocity.” (C.S. Lewis)- hal. 81

“Stay away from people who make you feel like you are hard to love. Nobody deserves as much love from you, than yourself.”-hal. 89

“Opinions are opinions because they are subjective and not facts. Think about whether these people who cause your insecurity really add value to your life.”-hal. 133

“Don’t rely on tomorrow to get things done: there will be brand new distractions, and you might never get around to it.”139

“If it won’t bother you in 5 years, don’t let it bother you for 5 minutes.”-hal. 148

Menulis resensi buku self improvement jauh lebih kompleks dari yang kubayangkan. Namun, tentang Dear Tomorrow, kata yang paling tepat adalah sangat-sangat-sangat bagus. Aku menyukai bagaimana Maudy Ayunda berpikir. Dia tidak hanya menceritakan apa hasilnya, tapi juga apa yang dirasakannya. Kata-kata yang dituliskan dalam bahasa Inggris membuatku candu. Tentang mentidakpedulikan pendapat yang tidak membangun, mencintai kebebasan, mencintai tanpa imbalan, dan… Aku mengubah perspektif bahwa belajar dan membaca berita adalah kebiasaan baik. Aku jadi berhenti menyalahkan diriku sendiri atas segala penolakan dari orang lain. Pada saat tertentu, aku juga menjadi bodoh amat dan itu menyelamatkanku sekaligus menyelamatkan orang lain karena aku bisa berpikir lebih jernih. Memaafkan orang lain juga membuat masa lalu tidak sebegitu menyedihkan, tetapi perjalanan baik yang membentuk kita hingga saat ini. Mencintai pekerjaan dan membuat orang di sekeliling sebagai teman berjuang bukan musuh juga membuat hari menjadi lebih baik, hangat, dan hidup. Seperti Maudy Ayunda, aku mempunyai definisi sukses yang sama bahwa sukses ketika kita menemukan diri kita yang bahagia. Ini adalah tujuan dari pekerjaan, dari hidup yang dijalani.

              Tidak ada kritik berarti. Aku sama sekali tidak bisa berkata-kata betapa indah dan menginspirasi setiap kata-kata Maudy Ayunda. Aku mungkin lebih menyarankan untuk membuat kertasnya menjadi kertas majalah. Buku ini terlalu bagus dan setiap lembar layaknya polaroid yang penting. Foto-foto Maudy Ayunda yang berwarna membuat buku ini menjadi lebih hidup.

Buku ini sangat cocok untuk para remaja yang sedang melawan rasa insecure, mengalami banyak kegagalan, hari yang melelahkan, penolakan cinta, dan meraih mimpi—menjalani hal yang membuat bahagia.