Pages

Rabu, 04 Agustus 2021

Resensi Novel Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

 Resensi Novel Le Petit Prince (Pangeran Cilik)


 



Judul: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

Nama penulis: Antoine De Saint Exupery

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2021

Cetakan ke: 19

Kategori: Novel, Buku Anak

Jumlah halaman:120 hal.


“Mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain. Jika kamu berhasil, berarti kamu betul-betul orang yang bijaksana.”—hal. 47

 

“Bahasa adalah sumber kesalahpahaman.”—hal.85

 

“Inilah rahasiaku. Sangat sederhana: hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata.”—hal. 88

 

Antoine De Saint-Exupery adalah penulis berbagai buku, salah satunya Pangeran Cilik yang membuat Namanya semakin besar. Ia adalah penulis sekaligus penerbang pesawat tahun 1900-an. Buku ini sendiri sudah diterjemahkan di berbagai bahasa.

 

Novel ini diselingi banyak gambar di antara kalimatnya yang tersirat. Buku ini mengingatkan orang-orang dewasa bahwa kita pernah kecil, agak sayang bahwa orang dewasa sulit memahami anak kecil begitupula sebaliknya. Orang dewasa lebih suka hitung-hitungan, ia selalu mengejar status sosial, di mana anak-anak tidak memerlukan hal itu. Hal kecil bisa membahagiakan untuknya.

 

Buku ini menyampaikan cerita dengan judul part angka romawi. Menceritakan perjalanan Pangeran Cilik yang berkelana dari asteroid miliknya: punya satu bunga angkuh, tiga gunung, dan pohon-pohon baobab menganggu. Ia bertemu dengan tokoh “aku” yang pesawatnya jatuh di gurun sahara—tokoh yang belajar ilmu hitung-hitungan, tak jadi meneruskan mimpi pelukis saat umur enam tahun karena orang dewasa tak memahami ular sanca-nya. Pangeran cilik sampai ke bumi melewati asteroid-asteroid yang dihuni orang-orang dewasa: raja, orang sombong, pemabuk, pengusaha, penyulut lentera, dan ahli bumi—mewakili semua orang dewasa berwatak ganjil.

 




Pangeran Cilik adalah buku yang worth it karena selain harga, bukunya juga menyajikan gambar-gambar cantik. Tulisan yang punya seni sendiri untuk pembaca dewasa maupun anak-anak membuat mereka sadar lebih dalam arti kehidupan. Aku memahami betapa stresnya menjadi orang dewasa. Merasa dikejar, betapa penampilan, merek, angka, menjadikan arti kebahagiaan sarat-sarat menjebak. Berbeda dengan anak kecil yang hanya dengan gambar, seperti domba di dalam peti sudah memiliki segalanya, mereka beruntung karena tahu arti “yang penting tidak tampak di mata”, sama halnya lagi pangeran cilik berbicara dengan rubah dan bunga, menemukan teman sebaya dan menjinakkannya (berteman), bisa membuatnya menangis jika kehilangan.

 

Sangat disayangkan bukunya kurang tebal. Sesuai dengan rating yang kulihat, buku ini selalu menyentil jidatku, mengangkat badanku ke masa kecil lagi: waktu tak terbatas untuk main-main, jadi versi terbaik, mengetahui jati diri, dan bahagia. Sayang penulisnya sudah berpuluh tahun menghilang, membuatku ngilu bahwa usia-nya yang dewasa pun masih dapat mengerti apa yang dirasakan anak-anak.

0 komentar:

Posting Komentar